Menurutnya smelter terbesar di dunia itu ada karena Freeport mengeruk kekayaan alam Papua. Mestinya negara tidak menambah jurang kemiskinan dengan Papua.
“Dampak pembangunan smelter itu luar biasa. Jumlah tenaga kerja yang sangat besar akan mengurangi pengangguran di Papua. Sayangnya itu tidak dibangun di Papua,” keluh Robaha.
“Smelter itu akan diikuti pembangunan pabrik-pabrik pengelolaan hasil tambang menjadi barang jadi. Nah, dampak bagi Papua nihil karena orang Papua harus tetap datangkan barang dari Jawa dengan harga mahal,” jelasnya.
Baca Juga: Menang Telak 2-0 dari Aceh, Papua Berhasil Kawinkan Emas pada Cabor Sepak Bola
Menurutnya, yang dilakukan negara ini justru semakin memupuk keinginan bangsa Papua untuk merdeka. Baginya negara sedang memperjelas watak kolonialisme Indonesia terhadap orang Papua.
“Inilah watak kolonial. Mereka mengeruk kekayaan tanah Papua dan mengolahnya di luar Papua. Orang Papua tidak masuk dalam bahan pertimbangan keputusan itu. Tentu sangat menyakitkan hati orang Papua. Jadi jelas hal ini tidak menyelesaikan konflik berkepanjangan di Papua tetapi malah memupuk semangat perjuangan untuk merdeka,” pungkasnya.***