Siap Ganti Nama, Simak Polemik Nama Terbaru Negara India

8 September 2023, 20:29 WIB
Presiden Jokowi (kanan), dan PM India Narendra Modi, berbincang di sela-sela foto bersama KTT ke-20 ASEAN-India di Jakarta, Kamis 7 September 2023 /Media Center KTT ASEAN 2023/Dwi Prasetya/foc

PORTAL PAPUA BARAT – India yang sering dijuluki sebagai Negara anak benua dihebohkan baru-baru ini. Negara yang sering mengundang perhatian publik melalui cara makan yang ektrim tersebut kini dikabarkan akan menggantikan namanya menjadi Bharat.

Dilansir dari BBC News, Pemerintah India mengatakan bahwa perubahan nama India menjadi 'Bharat' akan membantu negara tersebut melepaskan diri dari keterkaitan dengan masa penjajahan Inggris.

Baca Juga: Hadapi Pasangan Jepang di 16 Besar Kejuaraan BWF, Bagas: Kami akan Tampil Maksimal

"Keputusan untuk menggunakan 'Bharat' merupakan pernyataan besar yang menentang pola pikir kolonial," kata Menteri Pendidikan India, Dharmendra Pradhan.

Namun, pada faktanya nama India telah digunakan selama lebih dari dua millennium. Sehingga nama India merupakan nama yang sudah terkenal diantara miliaran manusia di seluruh dunia. Ditambah lagi dengan kekhasan dunia perfileman india yang sudah mencapai reting internasional dan dicintai umat di seluruh jagat raya.

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4,8 Guncang Wilayah Trenggalek

Lantas, apakah yang melatarbelakangi pemerintah india untuk melakukan pergantian nama india menjadi Baharat ? simak pembahasan dalam artikel berikut.

Diketahui bahwa, referensi tertua tentang India berasal dari sejarawan Yunani, Megasthenes, yang lahir pada tahun 350 SM. Dia menulis empat buku dengan nama 'Indica'.

Penulis drama Inggris, William Shakespeare, juga menggunakan nama India dalam karyanya.

Baca Juga: Kalahkan Al Ahli Dubai 4-2, Al Nassr Tembus ke Fase Grup Liga Champions Asia

"Mahkotaku ada di hatiku, bukan di kepalaku, tidak dihiasi berlian dan batu India," kata Raja Henry VI dalam drama Henry VI bagian 3, yang diyakini ditulis pada tahun 1591-1592.

Pedagang Inggris tiba di India pada 1600 untuk mendirikan East India Company. Negara ini juga disebut sebagai 'Indie' dalam edisi pertama Alkitab King James untuk umat Protestan. Semua peristiwa ini terjadi sebelum Inggris menjajah India.

Perdana Menteri Narendra Modi, yang telah memerintah India sejak 2014, berasal dari partai berkuasa Bharatiya Janata (BJP). Partai ini adalah partai sayap kanan yang memiliki hubungan dekat dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (Organisasi Relawan Nasional/RSS) yang menegaskan India harus menjadi 'bangsa Hindu'.

Narendra Modi bergabung dengan RSS saat remaja dan membangun jaringan kuat di organisasi itu.

Baca Juga: Upaya Menekan Polusi Udara, 50 persen ASN DKI Uji Coba WFH Hari Ini

RSS telah dilarang tiga kali di India pascakemerdekaan. Pertama kali setelah pembunuhan Mahatma Gandhi pada 1948. Saat itu RSS dituduh merencanakan pembunuhan Gandhi, namun kemudian tuduhan itu dicabut.

Baru-baru ini, dalam sebuah pertemuan G20, Presiden India, Droupadi Murmu memberikan spekulasi pada jamuan makan malam di sela-sela pertemuannya, bahwa pemerintah India ingin melakukan sebuah perubahan nama Negara mereka. Dalam undangan tersebut, Murmu sendiri secara langsung menyebut bahwa dirinya sebagai “Presiden Bharat”.

Baca Juga: Hadapi Tantangan di Era Disrupsi Pertelevisian, tvOne Manfaatkan Artificial Intelegence

Keterangan yang sama diperkuat oleh adanya pernyataan pers pada pertemuan ASEAN-India. Saat itu, Narendra Modi berspekulasi dan menyebut bahwa dirinya sebagai : Perdana Menteri Bharat”.

Sontak, publik bertanya-tanya, apakah arti dari nama “Bharat” yang akan direncanakan sebagai nama baru dari Negara India ?

Bharat, kini menjadi sebuah nama yang tak banyak diketahui orang. Sebenarnya, nama Bharat disebut secara gamblang dalam konstitusi India.

Pada pasal pertama konstitusi disebutkan: "India, yang adalah Bharat, merupakan kesatuan dari negara-negara bagian".

Baca Juga: Undang Farid Stevy untuk Buat Mural, Filkop Melawai Hadir Kembali usai Kebakar

Bharat kerap digunakan untuk merujuk India dalam bahasa Hindi. Namun, dalam komunikasi resmi menggunakan bahasa Inggris, sebutan India selalu dipakai. Apa itu Bharat?

Literatur Hindu mendefinisikan daratan yang terletak di antara pegunungan Himalaya dan lautan sebagai "Bharatvarsh".

Menurut mitologi Hindu, Bharata adalah Raja Hastinapura (sekarang disebut Hastinapur dan terletak di sebelah timur Delhi). Dia menaklukkan seluruh negeri dan dianggap sebagai raja yang saleh.

Dalam teks Hindu tertua, Rig Veda, Bharata disebutkan sebagai nama sekelompok orang.

Dunia Bharata dalam bahasa Sansekerta juga berarti tanah yang memelihara dan memberi penghidupan. Bisa juga menandakan peradaban.

Baca Juga: Gelar Diskusi, Himpunan Mahasiswa Fakfak Tanyakan Asramannya di Sorong

Jawaharlal Nehru, yang kemudian menjadi perdana Menteri India pertama, menulis pada tahun 1927: "India adalah Bharata, tanah suci umat Hindu, dan bukan tanpa arti bahwa tempat-tempat ziarah Hindu yang besar terletak di empat penjuru India."

Namun Bharat bukanlah tokoh sejarah

Akademisi yang berbasis di Paris, Catherine Clementin-Ojha, menulis dalam makalahnya pada tahun 2014: "Bharata adalah sebuah wacana tentang ruang, namun wacana yang tidak memungkinkan adanya representasi visual dari ruang tersebut. Berdasarkan wacana itu, tidak mungkin untuk menggambar peta dari makna modern kata tersebut." Bagaimana dengan nama India dan Hindustan?

Orang-orang Persia menyebut sungai Indus dengan sebutan 'Hindu' yang kemudian menjadi 'India' dalam bahasa Latin. Nama 'India' itu sendiri juga sudah kuno.

Baca Juga: Hadapi Tantangan di Era Disrupsi Pertelevisian, tvOne Manfaatkan Artificial Intelegence

Kaum Muslim Mughal yang memerintah negeri itu selama lebih dari dua abad membanggakan diri mereka sebagai "Badshah Hindustan", penguasa atau kaisar Hindustan.

Nama 'Hindustan' juga berasal dari bahasa Persia. Jadi baik India maupun Hindustan adalah nama-nama yang sudah lama ada sebelum pemerintahan kolonial Inggris yang dimulai dengan penaklukan Benggala pada 1757.

Kelompok nasionalis Hindu memainkan peran kecil dalam perjuangan kemerdekaan India.

Pemerintahan Modi telah menyerukan sidang khusus parlemen diadakan pada 18-22 September.

Baca Juga: Hadapi Tantangan di Era Disrupsi Pertelevisian, tvOne Manfaatkan Artificial Intelegence

Politisi oposisi dan komentator berspekulasi bahwa kesempatan ini dapat digunakan untuk mengubah nama negara.

Sidang itu bakal menjadi sidang pertama di gedung parlemen yang baru dibangun dan menampilkan peta Bharat Raya. Peta ini mencakup wilayah negara tetangga seperti sebagian Afghanistan, seluruh Pakistan, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar.

Negara-negara tetangga India secara resmi telah melakukan protes.

Kritikus mengatakan BJP mempunyai kebiasaan menggunakan ikon budaya Hindu sebagai tokoh sejarah dan pihak oposisi sudah bersiap untuk melakukan konfrontasi terhadap rencana terbaru tersebut.

Baca Juga: Liga 1 Pekan ke-6, Barito Putera Berhasil Taklukkan Arema

Meskipun nama India telah direncanakan untuk diganti, hal tersebut masih menjadi polemik diantara warga dan beberapa kalangan Politikus di India. Salah satunya ialah, Shashi Tharoor. Tharoor yang merupakan seorang anggota parlemen dari Partai Kongres Nasional India, memposting di X, situs yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, "Meskipun tidak ada keberatan konstitusional untuk menyebut India 'Bharat', yang merupakan salah satu dari dua nama resmi negara ini, saya berharap pemerintah tidak akan sebodoh itu untuk sepenuhnya membuang nama 'India'.***

 

Editor: Rafael Fautngiljanan

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler