PORTAL PAPUA BARAT – Setelah berminggu-minggu pasukan Rusia berada di perbatasan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya melakukan invasi militer skala penuh ke Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022.
Melansir Channel News Asia, Jumat, tujuan dari Vladimir Putin melakukan invasi tersebut adalah untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Dalam pidatonya Kamis, 24 Februari 2022 waktu setempat, Putin mengatakan bahwa ia memutuskan untuk melakukan operasi militer ini untuk melindungi orang-orang, termasuk warga Rusia yang menjadi sasaran genosida.
Tidak hanya itu, kedekatan Ukraina bersama NATO menjadi salah satu alasan invasi militer Rusia.
Baca Juga: 5 Tanda Awal Penyakit Jantung, Salah Satunya Gusi Berdarah Saat Disikat
Menurutnya, kedekatan tersebut bisa membuat NATO dapat dengan mudah melancarkan rudal ke Rusia.
Bahkan, Rusia sebelumnya telah melayangkan protes ke dunia barat, namun NATO terus berkembang bersama Ukraina apalagi Ukraina telah berjanji untuk bergabung bersama NATO pada tahun 2008 silam.
Menanggapi pidato Putin itu, para analis politik mengklaim bahwa NATO hanya dijadikan alasan bagi Putin untuk menyerang Ukraina.
Baca Juga: Usai Tumbangkan Olympiacos, Atalanta Berhasil Melaju ke Babak 16 Besar Liga Europa
Mereka menyampaikan bahwa setelah pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia telah kehilangan 14 bekas republik yang sebelumnya dikuasai Rusia, tetapi kehilangan Ukraina adalah yang paling menyakitkan.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutkan serangan militer skala penuh Rusia ke negaranya itu mengingatkan peristiwa bersejarah di dunia beberapa tahun silam.
Menurutnya, penyerangan yang dilakukan Putin sekarang tidak jauh berbeda seperti peristiwa Nazi di masa lalu.
Baca Juga: Polri Pastikan Cukupnya Ketersediaan Stok Pangan dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan
“Rusia telah menyerang Ukraina dengan cara pengecut dan bunuh diri, seperti yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II,” ungkap Presiden Ukraina mengutip Channel News Asia, Jumat.***