Baca Juga: Kalahkan Al Ahli Dubai 4-2, Al Nassr Tembus ke Fase Grup Liga Champions Asia
"Mahkotaku ada di hatiku, bukan di kepalaku, tidak dihiasi berlian dan batu India," kata Raja Henry VI dalam drama Henry VI bagian 3, yang diyakini ditulis pada tahun 1591-1592.
Pedagang Inggris tiba di India pada 1600 untuk mendirikan East India Company. Negara ini juga disebut sebagai 'Indie' dalam edisi pertama Alkitab King James untuk umat Protestan. Semua peristiwa ini terjadi sebelum Inggris menjajah India.
Perdana Menteri Narendra Modi, yang telah memerintah India sejak 2014, berasal dari partai berkuasa Bharatiya Janata (BJP). Partai ini adalah partai sayap kanan yang memiliki hubungan dekat dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (Organisasi Relawan Nasional/RSS) yang menegaskan India harus menjadi 'bangsa Hindu'.
Narendra Modi bergabung dengan RSS saat remaja dan membangun jaringan kuat di organisasi itu.
Baca Juga: Upaya Menekan Polusi Udara, 50 persen ASN DKI Uji Coba WFH Hari Ini
RSS telah dilarang tiga kali di India pascakemerdekaan. Pertama kali setelah pembunuhan Mahatma Gandhi pada 1948. Saat itu RSS dituduh merencanakan pembunuhan Gandhi, namun kemudian tuduhan itu dicabut.
Baru-baru ini, dalam sebuah pertemuan G20, Presiden India, Droupadi Murmu memberikan spekulasi pada jamuan makan malam di sela-sela pertemuannya, bahwa pemerintah India ingin melakukan sebuah perubahan nama Negara mereka. Dalam undangan tersebut, Murmu sendiri secara langsung menyebut bahwa dirinya sebagai “Presiden Bharat”.
Baca Juga: Hadapi Tantangan di Era Disrupsi Pertelevisian, tvOne Manfaatkan Artificial Intelegence
Keterangan yang sama diperkuat oleh adanya pernyataan pers pada pertemuan ASEAN-India. Saat itu, Narendra Modi berspekulasi dan menyebut bahwa dirinya sebagai : Perdana Menteri Bharat”.